BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki kerusakan gigi yang cukup tinggi,
yang digambarkan oleh indeks DMF-T yaitu sebesar 4,6 berarti tiap 100 orang
penduduk Indonesia memiliki 460 buah kerusakan gigi ( E dlich, 2010 ; Hakim, 2013).
Pada saat gigi terus mengalami kerusakan sehingga perlunya penggunaan cara
perawatan yang salah satunya yaitu restorasi gigi. Dan salah satu kerusakan
gigi yang memerlukan perawatan restorasi yaitu adalah karies.
Restorasi
gigi termasuk dalam ilmu Konservasi Gigi. (Pratiwi, 2007) Restorasi gigi adalah
hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan mengembalikan bentuk,
fungsi, dan penampilan gigi (Harty dan Ogston, 1995). Restorasi terbagi dari 2
jenis yaitu, restorasi plastis (direct
restoration) dan restorasi rigid (indirect restoration).(Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol.8 No.2 2011:96-102)
Dalam
restorasi gigi ada 3 macam tumpatan yaitu, tumpatan sementara, tumpatan semipermanen,
dan tumpatan permanen (Abu Bakar, 2015). Macam-macam bahan restorasi
gigi diantaranya restorasi plastis, bahannya yaitu: resin komposit, amalgam, Glass Ionomer Cement. Sedangkan
restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal, intrakoronal, dan
interadikuler (Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol.8 No.2 2011:96-102)
Upaya
dari kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan,
pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk
pencegahan dan perawatan. Namun, sebagian orang masih mengabaikan kondisi gigi
secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal
manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Ireland
Robert.2015)
1.2
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang saya bahas yaitu
apakah yang dimaksud dengan proses restorasi dan tumpatan gigi, macam-macam,
bahan-bahan, kelebihan dan kekurangan bahan restorasi
gigi.
1.3
TUJUAN
PENULISAN
Untuk
mengetahui pengertian dari restorasi gigi dan tumpatan. Mengenal dan mengetahui
macam-macam, bahan dari restorasi gigi.
BAB II
ISI
2.1 Restorasi Gigi
Restorasi
(tumpatan) adalah istilah generik yang digunakan untuk menyebut tambalan,
inlay, mahkota, jembatan, implan, atau protesa lepasan yang menggantikan
jaringan gigi yang hilang dan merestorasi bentuk fungsi, atau estetik (Aprilia.
2007).
2.2 Macam-macam Restorasi Gigi
2.2.1 Restorasi Plastis
Restorasi
plastis adalah bahan restorasi yang dapat dibentuk dalam kavitas, dan setelah
beberapa waktu diaplikasikan dalam kavitas nantinya akan dapat mengeras.
Macam:
(Sumawinata, Narlan.2002)
a. Logam
: Amalgam
Non Logam : Komposit,
Semen Glass Ionomer.
2.2.2 Restorasi Rigid
Restorasi rigid yaitu
restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang rigid atau kaku dan di
semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara golongan semen. Restorasi
rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal, intrakoronal dan
interadikuler.( Stomatognatic
(J.K.G Unej) Vol. 8 No. 2 2011: 96-102)
1.
Restorasi
Ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu
mahkota penuh atau complete crown.
Complete crown merupakan restorasi
yang menutupi seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi asli.(Sumono,
A.2007)
Terdapat
berbagai jenis complete crown,
diantaranya:
A. All
metal crown
Mahkota ini sering
disebut dengan mahkota tuang penuh atau full
cast crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi dari
logam campur yang dituang.Indikasinya yaitu untuk gigi molar dan premolar
rahang atas dan bawah, penderita dengan oklusi dan artikulasi yang berat,
tekanan kunyah besar, tidak memerlukan estetik, gigi dengan karies cervikal,
dekalsifikasi, dan enamel hipoplasi. Kontraindikasinya yaitu sisa mahkota gigi
tidak cukup terutama pada gigi dengan pulpa vital, memerlukan estetik pasien
dengan OH buruk sehingga restorasi mudah tarnish, gusi sensitif terhadap
logam.
B.
All ceramic crown (mahkota porselen)
Teknologi porselen gigi
merupakan bidang ilmu paling cepat perkembangannya dalam bahan kedokteran gigi.
Porselen gigi umumnya digunakan untuk memulihkan gigi yang rusak ataupun patah
dikarenakan faktor estetiknya yang sangat baik, resistensi pemakaian, perubahan
kimiawi yang lambat, dan konduktifitas panas yang rendah. Terlebih lagi,
porselen mempunyai kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik struktur
gigi. (Sumono, A.2007)
Komposisi porselen gigi
konvensional adalah keramik vitreus (seperti kaca) yang berbasis pada anyaman
silica (SiO2) dan feldspar
potas (KO2.Al2O3.6SiO2) atau feldspar soda (Na2O.Al2O3.6SiO2)
atau keduanya. Pigmen, bahan opak dan kaca ditambahkan untuk mengontrol
temperatur penggabungan, temperatur sintering,
koefisien ekspansi thermal, dan kelarutan. Feldspar
yang digunakan untuk porselen gigi relatif murni dan tidak berwarna. Jadi harus
ditambahkan pigmen untuk mendapatkan corak dari gigi-gigi asli atau warna dari
bahan restorasi sewarna gigi yang sesuai dengan gigi-gigi tetangganya.(Anusavice,
K.J.2003)
Mahkota porselen
mempunyai nilai estetik tinggi, tidak mengalami korosi, tingkat kepuasan pasien
tinggi, namun biayanya mahal dan kekuatan rendah dibandingkan dengan mahkota
metal-porselen. Indikasinya membutuhkan estetik tinggi, Tooth discoloration, malposisi, gigi yang telah dirawat endodonsi
dengan pasak dan inti. Kontraindikasinya yaitu indeks karies tinggi, distribusi
beban di oklusal tidak baik, dan bruxism.
C.
Porcelain fused to metal
Pemilihan restorasi
porselen fused to metal sebagai restorasi akhir pasca perawatan saluran akar
karena mampu memberikan keuntungan ganda, yaitu dari segi kekuatan dan dari
segi estetik. Lapisan logam sebagai substruktur mahkota jaket porselen fused to
metal akan mendukung lapisan porselen di atasnya sehingga mengurangi sifat
getas (brittle) dari bahan porselen,
memiliki kerapatan tepi dan daya tahan yang baik. Sementara lapisan porselen akan
memberikan penampilan yang estetik. Gigi pasca perawatan saluran akar yang
direstorasi dengan mahkota porselen fused
to metal tingkat keberhasilan perawatannya tinggi(Puspawidjaja,
E.Y., Hadriyanto, W., dan Wahid, A.I.2009).
2. Restorasi Intrakoronal
A. Inlay dan Onlay Logam
Inlay merupakan
restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai sebagian cuspatau tambalan yang
berada di antara cusp, sehingga ukurannya biasanya tidak begitu luas. Onlay
merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari 1 cusp atau
lebih dari 2/3 dataran oklusalkarena sisa jaringan gigi yang tersisa sudah
lemah.
B. Inlay dan Onlay Porselen
Restorasi inlay
dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi gigi posterior dan
memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay dan
onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan dengan resin komposit (Hayashi,
M., Tsuchitani, Y., Kawamura, Y., Miura, M., Takeshige, F., dan Ebisu, 2000).
Porselen tidak
sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email akan
menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi resin berlapis
komposit atau semen ionomer-resin komposit (Kidd, E.A.M, 2000).
C. Inlay dan Onlay Komposit (indirect)
Restorasi dengan
resin komposit dapat dilakukan secara indirect
(tidak langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit untuk
tambalan inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan keramik, sebab
kekerasan bahan keramik menyebabkan kesulitan apabila diperlukan penyesuaian
oklusal atau kontur, mudah pecah saat pemasangan percobaan sehingga menyulitkan
operator. Sedangkan resin komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan
efektif, lebih murah serta restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat
dibuang hanya dengan menggunakan hand
instrument.
Indikasinya: menggantikan
tambalan lama (amalgam) dan atau yang rusak dengan memperhatikan nilai estetik
terutama pada restorasi gigi posterior, memperbaiki restorasi yang tidak
sempurna atau kurang baik, serta fraktur yang terlalu besar dan apabila
pembuatan mahkota bukan merupakan indikasi (Iskandar, M.B.O.1999).
Keuntungan restorasi secara indirect resin komposit dibanding
restorasi secara direct adalah dapat
dihindarinya konstraksi akibat polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran
tepi dapat dihindari. Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan
pembentukan kontur anatomis lebih mudah.Sedangkan kekurangan restorasi secara indirect resin komposit adalah adanya
ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutting cement). Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang
kurang sempurna dari semen akan berakibat negatif terhadap restorasi tersebut (Iskandar,
M.B.O.1999).
D. Indirect
Komposit Inlay dengan Fibers
Untuk gigi dengan
restorasi yang besar denngan sedikit enamel tersisa, fibers dapat digunakan
sebagai bahan dasar pada veneer komposit. Pertimbangan paling penting untuk
mencapai daya tahan klinis yang lama pada resin inlay yang dibuat melalui tahap
laboratosis adalah penguatan gigi. Untuk menguatkan resin komposit, penambahan
fibers digabungkan ke dalam matriks resin, selama pembuatan dan sebelum proses curing.
E.
Mahkota
¾
Disebut mahkota
tiga per empat oleh karena dari 4 permukaan gigi, hanya 3 permukaan yang
ditutup oleh mahkota. Bagian yang tidak tertutup oleh mahkota adalah bagian
labial atau bukal. Mahkota sebagian terutama dipakai sebagai retainer jembatan.
Preparasinya memerlukan pembuangan jaringan gigi yang jauh lebih sedikit
dibandingkan untuk mahkota penuh. Mahkota tiga per empat dapat merupakan
retainer yang baik pada gigi jika:
1. Bagian
labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis, anatomis, maupun estetis.
2. Cukup
tebal untuk membuat parit– parit proksimal untuk memberi retensi.
3. Mempunyai
mahkota klinis yang cukup panjang, dan besar.
4. Mempunyai
kedudukan normal (tidak malposisi).
5. Gigi-gigi
yang cocok untuk dibuat mahkota tiga per empat adalah incisivus sentral,
premolar rahang atas, caninus dan premolar kedua rahang bawah. Pada gigi ini
terdapat permukaan proksimal yang cukup lebar untuk dibuat parit sebagai retensi.
6. Sebagai
retainer untuk short span bridge.
3. Restorasi Intradikuler
A. Mahkota Pasak
Kerusakan mahkota gigi
asli pada gigi posterior maupun anterior yang cukup parah akan menimbulkan
masalah retensi, permasalahan ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan pasak.
Pada kebanyakan kasus gigi sudah dirawat saluran akar, khususnya pada gigi-gigi
dengan saluran akar tunggal yang lurus. Keadaan ini sebaiknya harus
diantisipasi terlebih dahulu sebelum melakukan pengisian saluran akar, sehingga
dapat digunakan teknik pengisian yang memungkinkan untuk membantu retesi.
Pasak adalah suatu
prosedur untuk membangun kembali suatu gigi yang bertujuan menyediakan dukungan
yang sesuai untuk suatu mahkota. Pasak seperti jangkar untuk menempatkan
mahkota. Pasak ditempatkan di dalam akar gigi yang telah dilakukan perawatan
saluran akar. Terdiri dari poros dan post/tonggak yang disementasi pada saluran
akar. Bagian yang lain berupa jacket
crown atau veneer crown atau cast gold crown.
Indikasinya:gigi pasca
perawatan endodontia, memperbaiki inklinasi gigi. Kontraindikasinya: jaringan
yang mendukung gigi tidak cukup, OH buruk, dinding saluran akar tipis, resorpsi
procesus alveolaris lebih dari 1/3.Pasak juga bisa dilakukan pada gigi
posterior.
B. Mahkota pasak fiber reinforced composite.
Pemilihan
jenis pasak yang digunakan penting untuk mendapatkan retensi yang maksimal
dengan menghilangkan seminimal mungkin struktur jaringan gigi. Akhir-akhir ini,
jenis pasak yang digunakan untuk retensi gigi yang telah dirawat saluran akar
telah mengalami perubahan dari bahan yang kaku (pasak metal dan zirconium)
menjadi bahan yang memiliki karakteristik mekanis menyerupai dentin (pasak
fiber dan resin komposit), karena kegagalan restorasi dengan retensi intraradikuler
dapat terjadi karena fraktur pasak, kehilangan retensi dan fraktur mahkota
serta akar, sehingga gigi akhirnya harus diekstraksi.
Pasak metal
digunakan untuk menahan inti, menggantikan struktur gigi yang hilang dan
ditutup dengan mahkota penuh, tanpa memperhatikan estetik. Sejalan dengan
meningkatnya segi estetik, restorasi pasak dan inti sewarna gigi menjadi
pilihan untuk restorasi gigi non vital (Wulansari, R., Siswandi, Y.L.S., dan
Soedharmadi, S.D).
Pasak fiber dapat
dilekatkan pada dentin saluran akar dengan menggunakan semen resin. Pasak fiber
terbuat dari seratserat karbon, kuarsa, silica, zirkonia atau kaca dalam satu
matriks epoksi resin. Secara kimia, pasak fiber sesuai dengan bahan dasar resin
yang digunakan untuk sementasi yaitu BisGMA (Wulansari, R., Siswandi, Y.L.S.,
dan Soedharmadi, S.D).
Pasak ini terbuat
dari serat berdiameter 7-10 mikrometer dan dikelilingi oleh matriks resin
polimer yang umumnya berupa resin epoksi. Bahan inti dan semen resin dapat
berikatan dengan pasak jenis ini. Scanning
electron microscope (SEM) menunjukkan pembentukan lapisan resin tagshybrid. Bonding yang baik akan
meminimalkan efek ungkitan di dalam saluran akar sehingga dapat digunakan pasak
dengan ukuran lebih pendek dan diameter lebih kecil (Ganap, I.M., Retnowati,
E., Junita A.G, 2007).
Pasak fiber, semen
resin, bahan inti resin komposit, dan dentin memiliki modulus elastisitas yang
hampir sama, sehingga meningkatkan keberhasilan restorasi, dibandingkan dengan
pasak dan inti metal. Pasak fiber memiliki modulus elastisitas yang hampir sama
dengan dentin yaitu, 20 GPa (modulus elastisitas dentin = 18 GPa, pasak metal
prefabricated = 200 GPa dan pasak keramik=150 GPa), sehingga pasak fiber lebih
lentur daripada pasak metal, mempunyai sifat biokompatibel terhadap dentin dan
tahan terhadap korosi, serta mudah diambil dari saluran akar bila terjadi
kegagalan dalam perawatan saluran akar (Wulansari, R., Siswandi, Y.L.S., dan
Soedharmadi, S.D).
Keuntungan pasak
fiber adalah dapat diindikasikan untuk saluran akar yang lebar, dinding saluran
akar yang tipis misalnya pada akar yang belum terbentuk sempurna.selain itu,
pasak fiber juga memiliki keuntungan dari segi estetik, karena pasak ini
memiliki warna sesuai dengan warna gigi, sehingga tidak menimbulkan bayangan
warna keabu-abuan pada gigi yang telah direstorasi.
Hal ini tidak
hanya berperan pada gigi anterior tetapi juga pada gigi posterior. Preparasi
saluran akar pasak dilakukan hingga kira-kira tersisa 4,5 mm gutta percha pada
bagian apical, lalu pasak fiber disementasi dengan menggunakan semen resin.
Setelah itu kavitas ditutup dengan tumpatan resin komposit hingga penuh dan
kelebihan pasak fiber dipotong sebatas permukaan oklusal.
2.3 Macam-macam Tumpatan Gigi
Macam-macam tumpatan
meliputi:
1.Tumpatan
Sementara:
Contoh:
a. Fletcher
b. Gutta
percha
c. Semen
seng fosfat
d. Semen
oksida seng eugenol
2.Tumpatan
Semipermanen:
Contoh:
Silikat
3.Tumpatan Permanen:
3.Tumpatan Permanen:
Contoh:
a. Amalgam
b. Inlay
logam
c. Tumpatan
gold foil
2.3.1
Tumpatan Sementara
Tumpatan sementara adalah
tumpatan tidak tetap yang digunakan pada karies profunda ketika karies sudah
dekat sekali dengan atap pulpa. Sterilisasi kavitas tidak hanya dilakukan
secara mekanisme saja, tetapi juga secara kimia dengan memakai obat-obatan. Kemudian
kavitas atasnya ditutup dengan tumpatan sementara yang nantinya akan dibongkar
lagi.
Guna tumpatan sementara:
1. Memberi
kesempatan pada obat-obatan yang diletakkan di bawahnya untuk bekerja (sterilisasi beberapa waktu pada kavitas yang disebut rust
therapy).
2. Menunggu
kemungkinan adanya reaksi pulpa.
3. Memberi
kesempatan pada obat di bawahnya untuk menstimulasikan pembuatan dentin
reparatif.
4. Supaya
penderita tidak terlalu lama di kursi atau membuka mulut bila di dalam mulut
terdapat beberapa karies.
5. Untuk menutup kavitas selama tumpatan cor belum selesai.
5. Untuk menutup kavitas selama tumpatan cor belum selesai.
Komposisi bahan tumpatan sementara:
a. Fletcher
Fletcher adalah
bahan tumpatan sementara yang terdiri atas bubuk dan cairan. Bubuk dan cairan
kita campur di atas glassplate dengan
spatel semen menghasilkan suatu campuran berbentuk adonan yang lama kelamaan
akan mengeras. Fletcher terdiri atas:
Bubuk: Cairan:
- Zn
sulfat 112 bagian - Alkohol 196 gram
- Zn
oxide 100 bagian - Aquadest 65 gram
- Mastix 7,5 bagian - Gummie arabicum 25 gram
- Fenol 1 tetes
Kegunaan bahan fletcher:
1. Sebagai
campuran sementara yang termudah dan termurah namun rapuh.
2. Bebeuk
fletcher (ZNO) sering digunakan sebagai bahan campuran semen OSE.
3. Untuk
mencetak mahkota sementara.
b. Gutta
percha
Gutta percha
merupakan lateks koagulasi cairan getah murni yang dapat mengeras dan berasal
dari pohon jenis sapotacheae yang
dapat dipadatkan, terdapat di semenanjung Malaysia dan pulau-pulau sekitarnya
pada daerah tropis.
Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran gigi membuktikan bahwa gutta percha point merupakan bahan yang
paling ideal dan sering digunakan sebagai bahan pengisian saluran akar.
Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap
jaringan peridekuler dengan semen saluran akar (siler) yang dapat menginduksi
pembentukan jaringan keras (respons osteogeik) dan dapat merangsang penutupan
apeks. Untuk mendapatkan kualitas bahan pengisi saluran akar yang baik dan
memiliki sifat plastis, gutta percha dalam pembuatannya selalu dikombinasikan
dengan wax, oksida seng, dan kalsium hidroksida. Untuk mendapatkan bahan yang
hermetis perlu diketahui sifat material gutta
percha point.
Pada perawatan
saluran akar yang memakai gutta percha
point bertujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin dalam rongga mulut
dan dapat memadat dengan baik. Susunan gutta percha terdiri atas gutta percha,
kalsium karbonat, silika, dan beberapa bahan sulfat.
Sifat gutta percha:
1. Tidak
berbau.
2. Tidak
mempunyai rasa.
3. Elastis.
4. Tidak
merupaka konduktor.
5. Tidak
mengiritasi atau merangsang jaringan lunak.
6. Dalam
mulut yang kurang bersih lama-lama akan menjadi porus dan hancur.
7. Larut
dalam bahan karbon bisulfida, kloroform, benzene, yang dididihkan, minyak
terpentin, xylol, minyak eucalyptus.
8. Tidak
larut dalam asam lemak dan basa yang padat.
9. Menjadi
lunak bila dipanaskan dan keras kembali bila didinginkan.
10.Tahan terhadap beban seberat 25 kg/cm.
Gutta percha
tersedia dalam bentuk gutta percha point,
gutta percha stick, gutta percha plate dengan
warna merah muda, putih dan putih keabu-abuan. Menurut suhu pelunakannya, gutta
percha dibagi menjadi:
1. Low heat softening: Melunak di bawah suhu 200º F, dipakai
sebagai bahan tumpatan sementara dan mengandung 1 bagian gutta percha dan 4
bagian oksida seng.
2. Medium heat : Melunak pada suhu 200-212º F, mengandung bagian
gutta percha dan 6 bagian oksidasi seng.
3.High heat : Melunak pada suhu 210-220º F.
Kelebihan gutta
percha sebagai bahan tambalan:
1. Tidak bersifat konduktor.
2. Mudah
pengerjaannya.
3. Mempunyai
warna yang harmonis.
4. Mempunyai
daya elastisitas yang baik.
5. Bila perlu mudah dikeluarkan/diambil dari
kavitas.
Kekurangan gutta
percha sebagai bahan tambalan:
1. Crussing
resistensinya rendah.
2. Dalam
mulut bereaksi dengan sulfida. Oleh karena itu, dalam mulut dengan higiene oral
yang buruk, gutta percha dapat hancur.
3. Pada
pendinginan, aka mengalami kontraksi sehingga dapat lepas dari dinding kavitas.
4. Tidak dapat dipoles.
Kegunaan gutta
percha:
1. Sebagai bahan tumpatan sementara.
2. Sebagai
bahan untuk melakukan separasi lambat pada gigi.
3. Sebagai
bahan penutup sementara untuk obat-obatan pada perawatan endodonitk.
4. Sebagai
bahan pengisi saluran akar hihi.
5. Untuk mengukur kedalaman poket periodontium.
c. Semen
seng fosfat
Semen ini
digunakan sebagai tambalan sementara, bahan basis, dan pelapik. Selain itu,
juga digunakan untuk bahan perekat, yakni sebagai perekat jembatan, mahkota,
tuangan emas, inlay, band dan pasak
inti serta perawatan lesi karies dalam klinik.
d. Semen
oksida seng eugenol
Semen oksida seng
eugenol (OSE) adalah semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam
bentuk bubuk dan cairan, dan berguna sebagai basif insulatif (penghambat). Bahan
ini sering digunakan sebagai tumpatan sementara.
Eugenol memiliki
efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini merupakan salah satu kelebihan jenis
semen tersebut, kelebihan lainnya adalah kemampuan semen untuk meminimalkan
kebocoran mikro, dan memberikan perlindungan terhadap pulpa. Bahan ini paling
sering digunakan ketika merawatb lesi karies yang besar.
2.3.2 Tumpatan Semipermanen
Tumpatan silikat sering
digunakan untuk penambalan gigi anterior, karena warnanya menyerupai warna
gigi. Tumpatan silikat dapat larut dalam cairan mulut walaupun lebih kuat dari
tumpatan sementara. Oleh karena itu, tumpatan silikat disebut juga sebagai
tumpatan semipermanen.
2.3.3 Tumpatan Permanen
Tumpatan permanen merupakan tumpatan tetap
setelah dilakukan perawatan terhadap gigi yang mengalami karies atau bahkan
setelah dilakukan perawatan saraf. Ada bermacam-macam tumpatan permanen, antara
lain amalgam, inlay logam, tumpatan gold
foil,tumpatan resin, dan lain-lain.
a.
Amalgam
Amalgam
kedokteran gigi (dental amalgam) dibuat dengan cara mencampurkan merkuri cair
dengan zat-zat padat yang merupakan perpaduan dari perak, timah, tembaha, dan
kadang seng, paladium, indium, dan selenium. Kombinasi dari logam padat
tersebut disebut dengan amalgam alloy. Sangat
penting untuk dapat membedakan antara amalgam kedokteran gigi dan amalgam alloy
(Craig, R. G., & Powers, J. M.2002).
Amalgam kedokteran gigi
merupakan alloy yang terdiri dari merkuri, perak, tembaga, dan timah,dan
mungkin juga bisa mengandung palladium, zinc, dan elemen-elemen lain untuk meningkatkan karakteristik dan kinerja klinis
amalgam itu sendiri. (Anusavice, Keneth J. 2004)
Indikasi utama bahan
restorasi amalgam adalah sebagai bahan tambal posterior. Restorasi dental
amalgam ini sangat baik karena secara teknik tidak sensitif, dapat
mempertahankan bentuk anatomi dari gigi, tidak mudah fraktur, dan tahan lama.
Bahan tambal amalgam
dipergunakan sejak awal abad 19 dibuat dari campuran koin perak spanyol/meksiko
degan air raksa. Standardisasi amalgam merupakan standardisasi pertama yang
dibuat American Dental Association (ADA) tahun 1919, sehingga disebut ADA
Spefications No.1.
Komposisi dan Fungsi Masing-Masing Komponen:
1.
Perak
(Ag) 67-74%
a.
Elemen utama dalam reaksi
b.
Menaikkan setting expansion
c.
Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
d.
Memperputih alloy
e.
Menaikkan strength
f.
Menurunkan creep
2.
Timah
(Sn) 25-28%
a.
Mengontrol reaksi antara silver&mercury
b.
Mengurangi strength & hardness
c.
Mengurangi resistance terhadap tarnish & korosi
3.
Tembaga
(Cu) 0-6%
a.
Menaikkan hardness & strength
b.
Menaikkan setting expansion
4.
Seng
(Zn) 0-2%
a.
Dalam jumlah kecil, tidak
memengaruhi setting reaction & sifat amalgam
b.
Zinc menyebabkan tertundanya
ekspansi jika campuran amalgam terkontaminasi oleh uap lembab selama manipulasi
c.
Mencegah
masuknya O2 ketika terjadi fusi logam paduan
5.
Air
raksa (Hg) 0-3%
Kadang-kadang
ditambahkan untuk menciptakan kondisi pre-amalgamisasi pada logam paduan.
b. Komposit
Komposit adalah suatu campuran dari dua material atau lebih,
masing-masing materialnya memberikan kontribusi pada sifat resin komposit. Ada 3
komponen utama pada resin komposit, yaitu: (Bakar, Abu.2015)
a) Matriks resin organik
b) Bahan pengisi anorganik (filler)
c) Bahan
pengikat (coupling agent)
Macam-macam resin
komposit:(Bakar,2015)
1.
Komposit Fowable:
-
Komposit dengan viskositas rendah.
-
Perlu aktivasi sinar.
-
Terutama untuk lesi servikal, restorasi untuk gigi decidiu,
restorasi kecil dan bebas dari tekanan pengunnyahan.
-
Dimethacrylate resin & bahan pengisi anorganik dengan
ukuran 0,4-3 µm. Volume bahan pengisi: 42-53%.
-
Mempunyai modulus elastisitas rendah.
-
Pengkerutan polimerisasi tinggi karena bahan pengisi
sedikit.
-
Aplikasinya langsung dari sryinge karena mempunyai
viskositas rendah.
2.
Komposit Packable
-
Diindikasikan: kabitas kelas I, II & VI (Mesial Oklusal
Distal).
-
Perlu aktivasi sinar.
-
Dimethacrylate resin & bahan pengisi (volume 66-70%).
c. Glass Ionomer Cement
Semen ionomer kaca adalah bahan tambal
sewarna gigi yang komponen utamanya terdiri dari likuid yang merupakan gabungan
air dengan polyacid (Asam poliakrilat, maleat, itakonat, tartarat) dan bubuk
berupa fluoroaluminosilicate glass (Anang, Mariati.2015).
Bahan ini bersifat antikariogenik oleh
karena mampu melepaskan flourida, mempunyai thermal compatibility dengan enamel
gigi, serta mempunyai biokompatibilitas yang baik (Jurnal PDGI.2012).
Indikasi glass
ionomer cement adalah: (Bakar, Abu.2015)
1. Restorasi pada lesi erosi/abrasi
tanpa prevarasi kavitas.
2. Penutupan / penumpatan pit dan
fisura oklusal.
3. Restorasi gigi decidiu.
4. Restorasi lesi karies kelas V.
5. Restorasi lesi karies kelas III,
diutamakan yang pembukaannya dari lingual atau palatinal belum melibatkan
bagian labial
Glas ionomer cement memiliki
beberapa tipe, yani: (Bakar, Abu.2015)
-
Tipe 1: Luting - Tipe 6: Core build up
-
Tipe 2: Restorasi - Tipe 7: Flouride release
-
Tipe 3: Lining/base - Tipe 8: ART
-
Tipe 4: Fissure sealent - Tipe 9: Decidiu restorastion
-
Tipe 5: Orthodontic cement
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Tumpatan Gigi
1. Amalgam
Kelebihan:
-
Merupakan
bahan restorasi tertua dan cukup terkenal di masyarakat luas oleh karena kekuatan, daya tahan, dan harganya yang
relatif murah (Perben HB.2008).
Kekurangan:
-
Penggunaan amalgam perak tidak dianjurkan
untuk
perempuan hamil atau ditunda
(Socialstyrelsen forfattningssamling (SOSFS) 1988). Alasannya karena ketidak pastian mengenai toksisitas
Hg dari tambalan amalgam si ibu terhadap embrio (Kosta L,
Byrne AR, Zelenko V. 1975).
2. Resin
komposit
Kelebihan: (Bakar, Abu. 2015)
- Lebih estetis.
- Mempertahankan struktur gigi (conservative approach).
- Berikatan pada struktur gigi dengan bahan bonding, menutup
margin restorasi dan memperkuat sisa struktur gigi dan
- Radiopak, mengevaluasi kontur, marginal adaptasi dan
membedakan antara restorasi, lesi karies dan struktur gigi sehat.
Kekurangan:
(Bakar, Abu. 2015)
-
Terjadi penngkerutan saat polimerisasi.
-
Terjadinya lesi karies sekunder.
-
Dapat mengabsorbsi air (hydrolytic
breakdown).
3. Glass Ionomer Cement
Kelebihan: (Bakar, Abu.2015)
- Dapat berikatan secara kimiawi dengan gigi, dapat berikatan
pula dengan email dan dentin.
- Dapat melepaskan flouride.
- Memiliki stabilitas dimensi tinggi.
- Mempunyai sifat biokompatibilitas.
Kekurangan:
(Wilson AD dan Mc Leani JW.1998)
- Mudah
terpengaruh oleh air.
- Mudah
terjadi dehidrasi.
- Kurang
kuat melekat pada porselein dan emas murni.
- Manipulasi
dan teknik memasukkan ke dalam cavitas cukup sulit.
- Perbandingan
ukuran bubuk dan cairan kurang tepat.
- Warna
kurang stabil atau tidak persis sama dengan gigi.
- Mudah
berubah bentuk.
4. Gutta percha
Kelebihan: (Saluna Deynilisa.
Hajjah.2016)
- Tidak
bersifat konduktor.
- Mudah
pengerjaannya
- Mempunyai
warna yang harmonis.
- Mempunyai
daya elastisitas yang baik.
- Bila
perlu mudah dikeluarkan/diambil dari kavitas
Kekurangan: (Saluna
Deynilisa. Hajjah.2016)
- Crussing resistensinya rendah.
- Dalam
mulut bereaksi dengan sulfida. Oleh karena itu, dalam mulut dengan higiene oral
yang buruk, gutta percha dapat hancur.
- Pada
pendinginan, aka mengalami kontraksi sehingga dapat lepas dari dinding kavitas.
- Tidak
dapat dipoles.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Restorasi
gigi dapat terbagi dua jenis
restorasi plastis (direct restoration)
dan restorasi rigid (indirect restoration).
2.
Terbagi tiga macam tumpatan,
yaitu: tumpatan sementara, tumpatan semipermanen dan tumpatan permanen.
3.
Masing-masing
bahan memiliki komposisi, kelebihan dan kekurangan yang
berbeda.
3.2 Saran
Dengan berbagai macamnya
bahan tumpatan yang ada sekarang ini membuat para dokter gigi mempunyai banyak
pilihan cara merestorasi gigi berlubang, rusak, patah dan yang hilang
sekalipun. Kondisi mulut dan kesehatan umum pasien mempengaruhi jenis
bahan tambalan yang dipilih, dari segi penampilan, keawetan dan harga. Selain
itu di mana dan bagaimana bahan tambalan akan diletakkan, waktu dan frekuensi
kunjungan yang diperlukan untuk memepersiapkan serta menambalkan gigi juga
harus dipertimbangkan dalam memilih jenis bahan tambalan.
DAFTAR PUSTAKA
1. E dlich, 2010 ; Hakim,
2013
2. Harty dan Ogston, 1995
3. Stomatognatic (J.K.G
Unej) Vol.8 No.2 2011:96-102
4. Pratiwi, 2007
5. Ireland.
Robert.2015.Kamus Kedokteran Gigi.Penerbit buku kedokteran.Jakarta
6. Bakar. Abu.2015.Kedokteran
Gigi Klinis Edisi 2.Penerbit CV. Quantum Sinergis Media. Yogyakarta
7. Saluna Deynilisa. Hajjah.2015.Ilmu
Konservasi Gigi.Penerbit buku kedokteran EGC.Jakarta
8. Sumono, A. Degradasi dan Efek Samping dari Keramik Gigi (Tinjauan Pustaka). 2007.Stomatognatic (j.K.G Unej) Vol. 4 No. 3:134-138.
9. Anusavice, K.J. Philips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed.10. 2003. Jakarta: EGC.
10. Puspawidjaja, E.Y., Hadriyanto, W., dan Wahid, A.I. Restorasi Estetik Gigi Anterior Maksila Malposisi Pasca Perawatan Saluran Akar dengan Mahkota Porselen Fusi Metal Inti-Pasak Tuang dan Vinir Porselen. Jurnal Kedokteran Gigi. 2009.1:35-42
11. Hayashi, M., Tsuchitani, Y., Kawamura, Y., Miura, M., Takeshige, F., dan Ebisu, S.. Eight-Year Clinical Evaluation of Fired Ceramics Inlay. Operative Dentistry. 2000.25:473-481
12. Kidd, E.A.M. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Ed.6. 2000. Jakarta: Widya Medika
13. Wulansari, R., Siswandi, Y.L.s., dan Soedharmadi, S.D. Penggunaan Pasak Fiber pada Gigi Molar Pertama Kiri Mandibula Pasca Perawatan Saluran Akar. Majalah Kedokteran Gigi, 2007. 14 (2):199-202
14. Ganap, I.M., Retnowati, E., Junita A.G.2007. Pemilihan Restorasi Gigi Insisivus Sentralis Maksila Pasca Perawatan Saluran Akar. Majalah Kedokteran Gigi 14(2): 127-132
15. Craig, R. G., & Powers, J. M. (Eds.). (2002). Restorative Dental Material (7th ed.). Missouri: Mosby.
16. Anusavice, Keneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.
17. Perben HB. Tambalan Amalgam Berbahaya Untuk Kesehatan. Jakarta: EGC, 2008; p. 1-69.
18. Socialstyrelsen forfattningssamling (SOSFS) 1988; 68 : 780-5 dari buku “Tambalan Amalgam”
19. Kosta L, Byrne AR, Zelenko V.correlation between selenium and mercury in man following exposure to inorganic mercury. Nature 1975; 254: 238-9
20. Wilson AD dan Mc Leani JW. Glass Ionomer Cement. Chicago Quentescence Pub.1998 : 2130, 88-98
21. Anang, Mariati, Mintjelungan : Penggunaan Bahan Tumpatan Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015
22. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard Edisi 6, Alih bahasa : Narlan Sumawinata. Jakarta 2002
8. Sumono, A. Degradasi dan Efek Samping dari Keramik Gigi (Tinjauan Pustaka). 2007.Stomatognatic (j.K.G Unej) Vol. 4 No. 3:134-138.
9. Anusavice, K.J. Philips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed.10. 2003. Jakarta: EGC.
10. Puspawidjaja, E.Y., Hadriyanto, W., dan Wahid, A.I. Restorasi Estetik Gigi Anterior Maksila Malposisi Pasca Perawatan Saluran Akar dengan Mahkota Porselen Fusi Metal Inti-Pasak Tuang dan Vinir Porselen. Jurnal Kedokteran Gigi. 2009.1:35-42
11. Hayashi, M., Tsuchitani, Y., Kawamura, Y., Miura, M., Takeshige, F., dan Ebisu, S.. Eight-Year Clinical Evaluation of Fired Ceramics Inlay. Operative Dentistry. 2000.25:473-481
12. Kidd, E.A.M. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Ed.6. 2000. Jakarta: Widya Medika
13. Wulansari, R., Siswandi, Y.L.s., dan Soedharmadi, S.D. Penggunaan Pasak Fiber pada Gigi Molar Pertama Kiri Mandibula Pasca Perawatan Saluran Akar. Majalah Kedokteran Gigi, 2007. 14 (2):199-202
14. Ganap, I.M., Retnowati, E., Junita A.G.2007. Pemilihan Restorasi Gigi Insisivus Sentralis Maksila Pasca Perawatan Saluran Akar. Majalah Kedokteran Gigi 14(2): 127-132
15. Craig, R. G., & Powers, J. M. (Eds.). (2002). Restorative Dental Material (7th ed.). Missouri: Mosby.
16. Anusavice, Keneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.
17. Perben HB. Tambalan Amalgam Berbahaya Untuk Kesehatan. Jakarta: EGC, 2008; p. 1-69.
18. Socialstyrelsen forfattningssamling (SOSFS) 1988; 68 : 780-5 dari buku “Tambalan Amalgam”
19. Kosta L, Byrne AR, Zelenko V.correlation between selenium and mercury in man following exposure to inorganic mercury. Nature 1975; 254: 238-9
20. Wilson AD dan Mc Leani JW. Glass Ionomer Cement. Chicago Quentescence Pub.1998 : 2130, 88-98
21. Anang, Mariati, Mintjelungan : Penggunaan Bahan Tumpatan Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015
22. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard Edisi 6, Alih bahasa : Narlan Sumawinata. Jakarta 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar